3 Remaja Bintaro Jaya Meraih Prestasi di World Scholar’s Cup, USA

Bagi Farah Abigail (warga Puri Bintaro), Muhammad Bey Ali (warga Camar) dan Btari Adhiesta (warga Kebayoran View), perjalanan tahun 2017 lalu bagaikan roller coaster. Melalui suka dan duka, akhirnya mereka berjaya di kampus terkemuka Amerika, Yale University.

Farah (kelahiran Jakarta,11 Februari 2004), Bey (kelahiran Jakarta, 6 Januari 2005) dan Adhiesta (kelahiran Jakarta, 16 September 2004) memiliki hobi dan cita-cita yang berbeda. Meskipun berbeda, mereka mempunyai tekad yang sama, berjuang dalam satu tim yang solid.

World Scholar’s Cup (WSC) adalah suatu program kompetisi akademis internasional yang diadakan oleh DemiDec, Los Angeles, Amerika Serikat, yang setiap tahun dikemas dan diselenggarakan dalam 3 babak (round).

Setiap tim peserta wajib melalui Regional Round di daerahnya masing-masing (diadakan di sekitar 100 kota di dunia). Mereka yang tersaring di Regional Round selanjutnya melaju ke Global Round dan dapat memilih berkompetisi di salah satu kota (pilihan tahun 2017 adalah Hanoi-Vietnam, Athena- Yunani, dan Cape Town-Afrika Selatan). Hanya tim yang lolos dari Global Round-lah yang berhak melaju ke babak terakhir, babak bergengsi yang sangat diharapkan seluruh peserta, yaitu Tournament of Champions, di Yale University, USA.

Persaingan Sangat Ketat
WSC merupakan program yang berupaya membentuk komunitas global para pelajar dan pemimpin masa depan (a global community of future scholars and leaders). Dari tahun ke tahun “keluarga” World Scholar’s Cup berkembang pesat di dunia. Tahun 2017 merupakan tahun ke-10 penyelenggaraan.

Bidang yang dikompetisikan adalah: Team Debate, Collaborative Writing, Scholar’s Bowl dan Challenge yaitu soal tertulis yang meliputi 6 subjek (Science, Social Studies, History, Literature, Art, dan Special Area). Kompetisi ini terbuka bagi para pelajar SMP dan SMA di seluruh dunia.

Farah, Bey, Adhiesta mengikuti Regional Round di Jakarta pada 6-7 Mei 2017, diikuti lebih dari 1.000 peserta di Indonesia, tidak saja dari Jakarta, tetapi juga dari Surabaya, Medan, dan beberapa kota lainnya. Mereka berhasil mengantongi 18 medali dan melaju ke babak selanjutnya.

Mereka memilih Hanoi, Vietnam untuk lokasi kompetisi Global Round, pada tanggal 26 Juni-1 Juli 2017. Memulai perjalanan di penghujung Ramadhan dan merayakan Idul Fitri di negara orang, jauh dari sanak keluarga menjadi pengorbanan dan pengalaman tersendiri.

Persaingan di Global Round ini sangat ketat. Lebih dari 3.600 peserta dari lebih dari 50 negara berpartisipasi, semua mengerahkan seluruh kemampuan untuk dapat masuk ke babak bergengsi Tournament of Champions (ToC) di Yale University.

Berkibarlah Sang Merah Putih
Berkat kerja keras dan doa, tim berhasil mengibarkan Sang Merah Putih dan memperoleh 12 medali di Hanoi, lolos untuk mengikuti ToC di Yale University di bulan November 2017. Prestasi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Sebagai catatan, tidak banyak tim yang berhasil masuk ke babak ToC pada tahun pertama berpartisipasi, tapi Farah, Bey, Adhiesta berhasil mewujudkannya.

Sebelum mengikuti program, tidak ada satupun dari Farah, Bey, maupun Adhiesta yang mengetahui apa itu WSC . Setelah terjun, barulah mereka mendapatkan gambaran yang jelas. Mereka mempelajari, mendalami dan terlarut di dalamnya. Mereka bersama-sama menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mempersiapkan diri, melakukan berbagai diskusi, berlatih melakukan debat, dan membuat tulisan bersama hingga akhirnya berangkat ke Tournament of Champions di Yale University, New Haven, Amerika Serikat, pada tanggal 9-14 November 2017.

Turnamen ini diikuti oleh lebih dari 1.200 peserta dari 50 negara yang telah tersaring dari semua Global Round (Hanoi, Athens, dan Cape Town). Sulit dipercaya, tiga anak yang memulai kompetisi saat masih duduk di bangku kelas 7 Mentari Intercultural School Bintaro mengawali sesi debat di ruang kelas sekolah, dalam beberapa bulan selanjutnya melakukan sesi debat di kelas yang dipergunakan oleh para mahasiswa Yale, kampus universitas yang sangat bergengsi dan terkemuka di dunia.

Pada musim gugur yang indah di New Haven, mereka mendapatkan serangkaian pengalaman yang sangat berharga, mulai dari mengikuti Opening Ceremony di Woolsey Hall yang megah, mendengarkan Keynote Speech dari pihak Yale di Battel Chapel, makan siang di udara terbuka di New Haven Green bersama ribuan teman dari berbagai penjuru dunia, mengikuti campus tour, dan berkesempatan makan malam di Yale Dining Hall. Benar-benar pengalaman yang tidak akan terlupakan seumur hidup!

Batik khas Indonesia
Hal lain yang sangat mereka sukai dari WSC adalah keberagamannya. Program WSC fokus membawa para pelajar dari berbagai budaya yang berbeda untuk bersama-sama mendiskusikan isu-isu dan ide-ide yang relevan sekarang ini.

Farah, Bey, dan Adhiesta bertemu dan berinteraksi dengan ribuan pelajar dengan beragam budaya dan latar belakang yang berbeda. WSC tidak hanya menekankan pada aspek akademis, melainkan juga pada aktivitas-aktivitas lain yang menyenangkan dan memperkaya pengalaman, seperti Scholar’s Scavenge yang merupakan aktivitas outdoor di mana para peserta secara acak dipilih dari berbagai negara, dimasukkan ke dalam tim dan diwajibkan menyelesaikan beberapa tugas.

Ketika melakukan tugas-tugas yang diinstruksikan, para peserta dari berbagai negara, budaya, dan latar belakang yang berbeda dapat saling mengenal dengan baik satu sama lain. Hal yang disukai Farah, Bey, Adhiesta: menambah teman dari berbagai negara dan budaya, menghargai perbedaan dan keberagaman.

Setelah seluruh kegiatan akademik selesai dilakukan, para peserta mengikuti kegiatan lain yang dinamakan Scholar’s Ball. Seluruh peserta bergembira bersama dengan alunan musik kekinian. Ini merupakan ajang di mana semua peserta bebas berekspresi melepaskankepenatan setelah menjawab soal-soal challenge yang menegangkan.

Dengan latar belakang peserta yang berbeda-beda, WSC selalu menyelenggarakan Cultural Fair, yaitu ajang untuk menunjukkan budaya negara asal. Setiap delegasi membuat booth yang menampilkan kebudayaan dari masing-masing negara, baik itu pakaian tradisional, kesenian, makanan khas, tempat wisata, dan lain-lain. Mengenakan kain dan kemeja batik khas Indonesia dan menawarkan snack khas Indonesia, Farah, Bey, Adhiesta sangat bangga dapat mempromosikan negara tercinta Indonesia.

Award Ceremony adalah acara penutup dan paling ditunggu-tunggu. Setelah itu semuanya pulang kembali ke kota dan negara masing-masing.

Benar-benar pengalaman tak terlupakan. Di Tournament of Champions, USA, tiga anak Bintaro ini berhasil mengharumkan nama bangsa, membawa pulang 20 medali! ***

Teks: BAS, Foto: BAS & Dokumentasi

Verified by MonsterInsights