Workshop HUT ke-77 PGRI Bersama PT JKI

hijaubintaro.id – Menyongsong HUT ke-77 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), PGRI Cabang Kecamatan Serpong kembali menyelenggarakan workshop atau pelatihan. Pada kesempatan kali ini, workshop ini diadakan di aula Saint John’s Catholic School, BSD pada Sabtu (24/9/22) bekerjasama dengan PT. JKI.

Pesertanya ada sekitar 150 guru dari PGRI Kecamatan Serpong, mulai guru SD hingga SMA.Kegiatan ini juga dihadiri oleh Haris Jaya Perwira, S. Lp (Sekdis Pendidikan & Kebudayaan Kota Tangsel), Iksan Setiabudi (Kepala PT JKI Cabang Tangerang Raya), Dedi Suhendar, S.HUM (Tim Pengembang Kurikulum Merdeka), Yayat Supriyana, S.Pd (Ketua PGRI Cabang Serpong), Eno Sumarna, M,Pd. (Sekretaris PGRI Cabang Kec. Serpong), dan Aslih (Pengawas SD Dinas Pendidikan & Kebudayaan Kota Tangsel).

“Tujuan pelatihan ini untuk mengenal lebih dalam Kurikulum Merdeka, yang mana para pesertanya adalah guru-guru kelas 1-4 SD, hingga SMP dan SMA. Walaupun belum semua melaksanakan, minimal mulai hari ini sudah ada pembekalan bagi guru-guru untuk Kurikulum Merdeka,” ujar Eno Sumarna, M,Pd. ,Sekretaris PGRI Cabang Kec. Serpong.

Pelatihan yang diadakan kali ini adalah pembelajaran Kurikulum 2013 yang disempurnakan oleh Kurikulum Merdeka. “Konsep penilaian dalam Kurikulum Merdeka sifatnya objektif dan humanis, maksudnya lebih manusiawi dan juga menitik beratkan kepada proses pembelajaran. Dimana penilaian itu lebih kepada proses pembelajarannya, bukan pada akhir pembelajaran saja,“ jelas Dedi Suhendar, S.HUM selaku narasumber Tim Pengembang Kurikulum Merdeka.

Menurut Dedi, tujuan Kurikulum Merdeka adalah ingin memerdekakan siswanya dalam segala aspek pembelajaran, baik itu menerima pembelajaran di kelas, memilih tujuan, materi, metode, dan memilih bentuk penilaian. Sehingga semua disesuaikan dengan kondisi peserta didik di masing-masing satuan pendidikan. Karena pada dasarnya peserta didik satu dengan yang lain itu berbeda kondisi dan kubutuhan sehingga kurikulum ini memfasilitasi siswa untuk menerima haknya baik itu dari penyediaan materi, asasement, sampai ke pelaporan, semuanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa. “Sekarang yang sedang diimplementasikan adalah pembelajaran di kelas yang merdeka, Jadi diusahakan guru dan siswanya harus merdeka dulu. Jika itu semua sudah terwujud maka pembelajarannya akan memerdekakan, menyenangkan dan bermakna, “ jelas Dedi.

Pelatihan hari ini terbagi 2 sesi, di sesi pertama diisi dengan diskusi kelompok terkait asesmen pembelajaran baik formatif maupun sumatif, dan di sesi kedua, kegiatan berupa diskusi terkait penguatan karakter, kegiatan pembelajaran penguatan karakter tersebut di lakukan dengan model role play (main drama), perang pantun, eksperimen warna dengan air yang dielaborasikan dengan kehidupan. “Semua materi yang ada di kelas harus dikaitkan dengan kehidupan. Karena seharusnya belajar dikelas itu bukan teoritif saja namun harus reflektif ke kehidupan nyata, seperti misalnya jika kita mencelupkan teh ke dalam air, itu tentu ada makna dan pembelajaran dalam kehidupan. Dengan begitu peserta mengalami dan merasakan langsung pendidikan di dalam kelas. Mereka tidak menerima 1 arah dari guru, tapi merekalah yang mengalami pembelajaran. Itulah pembelajaran berpusat pada peserta didik, “ jelas Dedi lagi.

Terakhir selaku Tim Pengembang Kurikulum Merdeka Dedi berpesan bahwa sebagai guru harus siap dengan berbagai perubahan atau kebiajakan yang ada, karena pada dasarnya dunia ini selalu dan terus dinamis, seperti halnya perubahan zaman dari waktu kewaktu yang selalu memberikan kejutan baru. Seperti apa yang terjadi pada anak-anak kita, setiap generasinya memiliki cara-cara atau kondisi yang berbeda dalam menjalani kehidupannya. Sebagai guru kita harus siap untuk berubah dan terus belajar meningkatkan potensi diri karena kita ada di bagian dari perubahan itu. Oleh karena itu, ayo para guru Indonesia, mari kita cerdaskan kehidupan anak bangsa sesuai dengan zamannya.

Teks/Foto/Video: BAS

Verified by MonsterInsights