RSPB Selenggarakan Seminar Edukasi Penanganan Kelainan Jantung Bawaan

Hijaubintaro.id – Dalam rangka memperingati Congenital Heart Defect Awareness Week 2023 atau Pekan Kesadaran Penyakit Jantung Bawaan, RS Premier Bintaro (RSPB) mengadakan Seminar Edukasi Kesehatan bagi masyarakat awam pada Minggu, (26/2/23) di ruang Krakatau Lantai 5, Gedung Annex 1, RS Premier Bintaro. Seminar ini diadakan sekaligus sebagai rangkaian menuju peringatan HUT perak ke-25 RSPB.

Seminar mengupas tuntas tentang penyakit jantung anak secara komprehensif dari multi perspektif dengan tujuan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat umum terhadap penyakit ini. Menghadirkan tiga dokter spesialis sebagai narasumber, yakni DR. dr. Najib Advani, Sp.A (K) MMed. (Paed) yang merupakan dokter spesialis jantung anak, dr. Febtusia Puspitasari, Sp.JP, FIHA, FAsCC spesialis jantung dan Dr. dr. Nita Ratna Dewanti, Sp.A spesialis anak.

Dikutip dari situs resmi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, diketahui bahwa penyakit jantung bawaan merupakan penyebab kematian yang paling sering dari seluruh kelainan bawaan. Terjadi sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup. Angka kematian terjadi dalam 6 bulan pertama kehidupan dan 80% kematian terjadi pada usia 1 tahun.

Penanganan Penyakit Jantung Bawaan dapat dilakukan dengan terapi non-operatif hingga terapi operatif, bergantung pada tingkat keparahannya. Penyakit Jantung Bawaan (PJB) atau Congenital Heart Diseases merupakan kelainan pada struktur dan fungsi jantung yang sudah ada sejak lahir. Kondisi ini dapat mengancam jiwa karena mengganggu aliran darah, dari dan menuju jantung.

Prof. Dr. dr. Najib Advani, Sp.A (K) MMed. (Paed.) menjabarkan mengenai gejala kelainan jantung bawaan. ”Ada beberapa kasus gejalanya muncul langsung setelah bayi baru lahir, misalnya bibir, kulit, jari tangan, dan kaki kebiruan, sesak napas atau kesulitan bernapas, kesulitan makan, berat lahir rendah, nyeri dada, serta pertumbuhan yang lambat. Selain itu ada juga gejala yang muncul beberapa tahun setelah lahir, seperti irama jantung yang tidak normal, pusing, kesulitan bernapas, pingsan maupun kelelahan.” jelasnya.

Menurut dr. Febtusia Puspitasari, Sp.JP, FIHA, FAsCC, penyakit jantung bawaan bisa terjadi karena gangguan proses pembentukan dan juga perkembangan jantung pada saat janin masih ada di dalam kandungan. “Terapi yang dapat dilakukan pada kasus jantung bawaan tergantung dari kondisi pasien dan kasus yang diderita, “ jelasnya. Untuk tindakan non-bedah yang dapat dilakukan adalah pemasangan coil atau alat seperti payung / jamur, tindakan balloon valvuloplasty, dan atau balloon atrial septostomy (BAS). Sedangkan untuk terapi bedahnya antara lain operasi paliatif pulmonary artery banding, operasi ligasi (pengikatan) PDA, operasi paliatif blalock-tausig shunt (BTS), operasi arterial switch dan penutupan VSD, serta bi-ventricular repair (koreksi total) ataupun single ventricular repair (Fontan).

Terkait tumbuh kembang anak dengan penyakit jantung bawaan, Dr. dr. Nita Ratna Dewanti, Sp.A memaparkan bahwa dikarenakan gangguan pertumbuhan sering terjadi, maka diperlukan pemantauan pertumbuhan untuk mempertahankan pertumbuhan linier, seperti pemantauan terhadap peningkatan ukuran tubuh seperti tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala, serta peningkatan berat badan agar berhasil dengan optimal. “Setiap bayi harus mendapat ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya termasuk IMD dan juga untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, bayi harus mendapat MP-ASI yang cukup dan aman. ASI diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih.” jelasnya.

“Dengan diadakannya seminar awam edukasi ini kami berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan khususnya pada penyakit jantung bawaan, sehingga jika ada orang di sekitar kita yang mengalami gejala atau bahkan kondisi dengan penyakit jantung bawaan, kita dapat memberi dan berbagi pengetahuan terhadap langkah atau proses perawatan yang tepat, yaitu dengan segera menganjurkan dan meyakinkannya untuk segera memeriksakan diri ke dokter spesialis jantung.” ujar dr. Martha M.L. Siahaan, MARS, MHKes, CEO RSPB.

“Tujuan seminar awam ini untuk sosialisasi dan mengedukasi masyarakat karena masih banyak yang belum mengetahui adanya penyakit jantung pada anak-anak. Jadi penyakit jantung memang tidak menyerang orang dewasa saja. Penyakit jantung pada anak-anak harus ditangani sedini mungkin agar tidak terlambat dan berakibat fatal, sehingga kita dapat memperbaiki kualitas generasi muda kita, “ ujar dr. Najib.

Teks/Foto: BAS

Verified by MonsterInsights