Pentingnya Deteksi Dini Scoliosis Pada Anak

Salah satu masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh anak saat masih berada dalam proses tumbuh kembang adalah kelainan tulang. Kelainan tulang pada anak ada berbagai macam jenisnya, namun yang paling sering terjadi adalah scoliosis. Scoliosis sering terjadi pada anak-anak jelang masa puber, yaitu pada rentang usia 10 hingga 16 tahun. Anak-anak dengan scoliosis perlu mendapatkan perhatian ekstra agar kondisi tidak semakin memburuk.

“Scoliosis adalah suatu keadaan dimana ada kurva yang tidak normal di tulang belakang, membentuk seperti huruf ‘S’,” jelas dr. Asrafi Rizki Gatam, Sp.OT(K-Spine) , Spesialis Orthopedi dan Traumatologi RS Premier Bintaro. Disebut scoliosis jika secara struktural sudutnya di atas 15 derajat. Jika di bawah 15 derajat termasuk dalam postural scoliosis. Scoliosis itu tidak hanya miring seperti huruf ‘S’ tapi juga ada komponen rotasinya. Jadi, badan pasien akan terlihat miring. Biasanya di sisi punggung bagian kanan akan ada semacam punuk.

Scoliosis sering ditemukan secara insidentil oleh orangtua atau guru olahraga di sekolah. Sering juga ditemukan oleh si pasien yang melihat ada kemiringan pada tubuhnya sendiri saat bercermin.
Salah satu tanda scoliosis biasanya bahu yang tinggi sebelah. Sering terjadi pada perempuan, karena kerimingan badan payudara serasa lebih besar sebelah. Tanda lainnya dengan adanya punuk di punggung kanan atas atau punggung kiri bawah. Ciri lainnya, tulang pinggul lebih tinggi sebelah atau keluhan kaki yang panjang sebelah. Yang terakhir, ada jarak antara tangan dengan perut atau menjadi ada semacam lipatan pada perut.

Menurut dr. Asrafi, yang paling sering terjadi adalah Idiopathic Scoliosis, yakni scoliosis yang tidak diketahui penyebab pastinya namun berpotensi untuk bertambah sudutnya. Idiopathic Scoliosis bukan dikarenakan kelainan genetik dan sering terjadi pada remaja. Selain itu ada scoliosis yang jelas penyebabnya atau disebut kongenital scoliosis, yaitu scoliosis yang terjadi karena kelainan bawaan seperti kelainan pembentukan organ ketika di dalam kandungan. “Jika dirontgen, biasanya terlihat tulang yang tidak terbentuk dengan sempurna. Bentuknya miring seperti segitiga, tidak kotak seperti semestinya, “ jelas dr.Asrafi. Kongenitas Scoliosis biasanya juga diikuti kelainan bawaan lainnya seperti kelainan jantung dan saluran pencernaan.

Selajutnya ada Scoliosis Neuromuscular yaitu scoliosis yang terjadi karena kelainan saraf. Biasanya pasien jadi tidak bisa jalan karena ada masalah pada saraf. Scoliosis Neuromuscular sering terjadi pada pasien Cerebral Palsy yang merupakan kelainan bawaan, misalnya karena kelainan perkembangan di otak karena kurangnya asupan oksigen saat masih di dalam kandungan sehingga otot-otot badan menjadi tidak seimbang atau distrofi otot.
Hijaubintaro.id – Selain itu ada Postural Scoliosis yang biasanya disebabkan karena postur dan bukan kelainan struktur, tapi murni karena kebiasaan. Postural Scoliosis biasanya tidak ada komponen rotasinya, tapi hanya miring saja. Postural Scoliosis baru akan terlihat saat rontgen yang bersifat insidentil saja, misalnya saat Medical Check Up.

Cara paling mudah untuk mendeteksi tanda-tanda scoliosis adalah dengan melakukan pemeriksaan Adam’s Forward Bending Test , atau minta pasien berposisi rukuh. Akan terlihat lihat dari belakang apakah punggungnya tinggi sebelah atau tidak. Jika tidak sejajar atau ada punuknya itu pertanda scoliosis. Screening ini dapat dilakukan secara berkala oleh para orangtua atau guru di sekolah kepada anak. Ketika ada perbedaan tinggi, segera lakukan rontgen untuk melihat berapa besar sudut scoliosis tsb.

“Adolesence Idiophatic Scoliosis kerap terjadi pada usia remaja antara 10 – 16 tahun dan lebih sering pada perempuan, biasanya menjelang masa menstruasi pertama atau menjelang puber, “ jelas dr.Asrafi. Pada saat itulah anak perempuan wajib dideteksi apakah ada scoliosisnya.

Cara Menangani Scoliosis
Ada tiga cara penanganan scoliosis, yaitu observasi, memakai Brace (korset) dan operasi. Observasi dilakukan jika sudut scoliosisnya masih antara 15-25 derajat dan dilakukan setiap 4-6 bulan sekali dengan rontgen serial untuk melihat apakah ada pertambahan sudut. Jika pertambahan 3-4 derajat, maka dapat ditangani dengan menggunakan brace. Penggunaan Brace juga diperbolehkan saat sudut bertambah antara 25-50 derajat. Jika di atas 50 derajat, harus ditangani dengan operasi.
Tujuan penanganan ini adalah untuk menghentikan pertambahan sudut, bukan untuk meluruskan kurva. Target akhirnya adalah pada saat si anak dewasa sudut scoliosisnya harus di bawah 50 derajat karena penelitian sudah menyatakan bahwa ketika sudut itu di bawah 50 derajat pada saat dewasa, maka sudut scoliosis itu tidak akan bertambah lagi.

“Jika ada yang bilang penderita scoliosis tidak boleh melakukan berbagai macam aktifitas, itu hanyalah mitos, “ tegas dr. Asrafi. Penderita scoliosis boleh melakukan kegiatan seperti orang normal dan tidak ada batasan sama sekali, tapi sebaiknya lakukan aktifitas untuk melatih otot perut dan otot punggung supaya supporting structure untuk tulang belakangnya kuat sehingga mengurangi resiko terjadinya pegal-pegal atau rasa sakit.

RS Premier Bintaro memiliki Premier Bintaro Spine Center yang merupakan pusat layanan untuk mengatasi seluruh problem tulang belakang secara terpadu dan komprehensif. Penanganan masalah tulang belakang dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai bidang spesialistik, yaitu dokter Spesialis Orthopedi Tulang Belakang, Spesialis Neurologi, Spesialis Neurofisiologi, Spesialis Rehabilitasi Medik dan Spesialis Radiologi.

Untuk pendaftaran rawat jalan, silahkan menghubungi RS Premier Bintaro melalui RSDHealth Careline di nomor 1500908 atau melalui WhatsApp Chat di nomor +62 812 2230 9911

Verified by MonsterInsights